Ayyub adalah salah
seorang nabi yang diutus Allah untuk menyampaiakan risalah Islam kepada bangsa
Romawi, ia adalah keturunan Ish bin Ishak bin Ibrahim Alaihis Salam. Ia
mempunyai tiga istri salah satunya adalah
Rohmah binti Afrosim bin Yusuf, seorang wanita yang cantik rupawan
karena masih ada hubungan darah dengan Nabi Yusuf, nabi yang terkenal akan
ketampanannya.
Dalam sejarah kehidupan
Nabi Ayyub, kehidupan beliau diwarnai dengan kenikmatan dan kesejateraan yang
melimpah, harta yang melimpah, sawah dan kebun yang luas dengan berbagai
tanaman yang subur, dikaruniai banyak keturunan dengan tubuh yang yang sehat
serta selalu berperilaku sesuai dengan tuntunan agama dan taat beribadah.
Kenikmatan yang melimpah tidak membuatnya lupa dan kufur kepada Tuhannya. Malah
ia semakin tekun beribadah dan menyebarkan agama Allah. Kehidupan Ayyub selalu
diljalaninya dengan nuansa keagamaan, nampaknya kemuliaan yang diterima Ayyub
seperti ini membuat Iblis berkeinginan untuk menggodanya agar terperosok
kedalam jurang kehancuran, segala cara dan upaya maupun tipu daya dilakukan
demi kehancuran Ayyub.
Pada hari itu juga Iblis
itu naik ke langit menemui para malaikat yang memuji terhadap kemuliaan nabi
Ayyub.
“Aku yakin Ayyub tidak
akan meyembah Allah kalau saja ia tidak lagi kaya, aku ingin menjadikannya
melarat kalau saja Allah mengijinkanku untuk menggodanya,” kata Iblis yang
mendatangi malaikat itu.
“Aku memperkenankanmu
untuk menguji kesabaran Ayyub dengan menghancurkan harta kekayaannya,” kata
Allah dalam wahyunya.
Kemudian Ablis mengajak
bala tentaranya untuk menghancurkan kekayaan yang dimilki Ayyub. Pertama-tama
yang dilakukan adalah mereka mengirimkan hama tanaman dan angin buritan untuk
merusak tanaman yang tumbuh subur diladang dan hanya dalam waktu semalam tanaman
itu sudah rusak semua. Ketika Ayyub pergi ke ladang ia tertegun dan kaget
melihat tanaman yang kemarin masih terlihat segar dan subur tapi sekarang sudah
rusak seperti hangus terbakar, kemudian
ia melangkah ke petak yang lain barang kali masih ada yang bisa diselamatkan,
tapi nasibnya sama seperti petak yang bertama hangus tiada sisa.
Para Iblis bersorak
girang melihat kehancuran yang telah mereka buat dan penasaran ingin segera
tahu tentang keadaan Ayyub setelah kejadian itu.
“Subhanallah, Allah telah
berkenan mengujiku,” kata Ayyub sambil menghela nafas dalam-dalam. Kemudian
Ayyub menggelar sajdah di dalam mihrabnya dan melakukan sholat, mengadukan kejadian ini kepada Allah.
“Segala puji dan puji
bagi-Mu ya Allah, yang mengaruniaiku harta berlimpah dan sekarang Engkau
berkenan mengambil apa yang telah engaku berikan kepadaku.
Melihat Ayyub begitu
teguh dan sabar menghadapi musibah tersebut para iblis tidak bisa menerima dan
naik lagi ke langit untuk menemui para malaikat.
“Bagaiamana, berhasilkah
kamu menggoda kesabaran dan keteguhan Ayyub”, tanya para malaikat.
“Tidak! ia tetap pada
pendiriannya dan sabar, menghadapi musibah yang telah aku buat, bahkan ia
semakin rajin beribadah kepada Allah, aku ingin menggodanya lagi dengan
melenyapkan seluruh anak-anak Ayyub yang menjadi buah hatinya, “ jawab Iblis
dengan nada kesal.
“Jika Allah berkenan aku
ingin menggodanya yang kedua kalinya, aku ingin tahu batas kesabaran Ayyub jika
buah hatinya lenyap dari muka bumi, “ pinta Iblis kepada Allah.
“Kalau itu keinginanmu
aku izinkan untuk menggodanya dengan menimpakan bencana berupa kematian bagi
anak-anak Ayyub, “ kata Allah dalam wahyunya.
Kemudian Iblis itu
menggerakkan bumi dan terjadilah gempa yang amat dahsyat berakibat hancurnya
rumah-rumah Ayyub, ketika itu anak-anak Ayyub sedang berada di dalam rumah
semua sehingga tidak ada satupun yang bisa terselamatkan.
Lagi-lagi Iblis tertawa
kegirangan dan segera ingin tahu apa reaksi Ayyub terhadap musibah ini. Iblis
itu menyamar sebagai pembantu Ayyub.
“Tuan, apakah tuan sudah
tahu keadaan putera-puteri baginda,” tanya Iblis yang yang berpura-pura sebagai
pembantu itu dengan suara yang parau.
“Belum, memangnya apa
yang terjadi terhadap anak-anakku,” sahut Ayyub disertai rasa penasaran.
“Tuan, rumah tuan luluh
lantak oleh gempa, sedang putera-puteri yang berada di dalam rumah, ketika
hamba menemukan mereka, jasadnya sudah remuk,
berlumuran darah,” ratap pembantu jadia-jadian itu dengan suara parau
sehingga membuat hati Ayyub tersayat-sayat mendengar ratapan itu.
“Inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un, segala puji bagi Allah yang telah menciptakan adanya
kehidupan dan kematian, kalau memang Allah sudah berkehendak begitu aku ikhlas
menerimanya,” jawab Ayyub dengan tabahnya mendengar kabar tentang kematian
anak-anaknya.
Iblis semakin kesal
dengan Ayyub yang begitu tegar dan sabar meskipun berturut-turut tertimpa
musibah. Iblis ingin tahu kalau yang terkena musibah itu adalah dirinya sendiri
apakah akan tetap menyembah Allah.
“Mampukah kamu membuat
Ayyub berpaling dari Allah, dengan musibah yang engkau perbuat ?” tanya para
malaikat .
“Tidak ! ia tetap tabah dan ikhlas seperti semula, aku ingin
tahu sekali lagi kesabaran Ayyub, apakah ia akan tetap beriman kepada Allah,
apabila jasadnya terjangkit penyakit dan menjadi rusak, oleh karena itu
perbolehkan aku menggodanya dengan membuat berpenyakit” sahut Iblis sambil
meminta izin kepada Allah.
“Lakukan apa saja yang kamu inginkan terhadap Ayyub !”
jawab Allah dalam wahyunya.
Iblis mengirimkan kuman
yang menyerang seluruh tubuh Ayyub. Mereka mendatangi Ayyub yang sedang sholat.
Setelah sholat dan berdoa tiba-tiba Ayyub merasakan
seluruh kujur tubuhnya terasa gatal. Dengan spontan ia menggerakkan tangan
untuk menggaruk anggota badan yang terasa gatal. Hari hari demi hari penyakit
yang dialami Ayyub semakin menjadi, semakin keras ia menggaruk gatal itu
semakin terasa, bahkan kuku yang dipakai Ayyub untuk menggaruk pun ikut
terjangkit kudis hingga semua kuku-kukunya habis terkelupas dari jari-jarinya.
Jadilah ia menggaruk kulitnya dengan lempengan batu. Kulit Ayub nyaris
terkelupas dan bernanah, sampai-sampai ada yang kelihatan tulangnya karena
saking sering digaruk pakai batu. Istri-istri Ayyub pergi meninggalkannya
karena tidak tahan melihat penderitaan yang dialami Ayyub, untunglah masih ada
satu istri yang setia mendampinginya yaitu Rahmah, yang melayaninya menyuapi
makanan dan mencukupi kebutuhannya.
Iblis belum puas melihat penderitaan
Ayyub, ia menyamar sebagai penduduk dan menyuruh warga agar mengucilkannya .
“Wahai saudara-saudaraku
kalau Ayyub tidak kita singkirkan dari desa ini, aku khawatir penyakitnya akan
menular dan menjangkiti tubuh-kita, maka sebaiknya segera singkirkan ia dari
desa ini!” usul penduduk jadi-jadian itu kepada warga desa.
Maka secara berbondong-bondong
penduduk desa mendatangi rumah Ayyub sambil berteriak-teriak mengusirnya.
Wahai Rahmah, jauhkanlah
suamimu dari kami, kalau tidak maka kami akan membunuhnya! “ teriak warga
penduduk kepada Rahmah.
Tinggallah Ayyub bersama
istrinya tercinta didalam gubuk yang reot jauh dari keramaian penduduk tidur
pun tidak beralaskan tikar tapi diatas tanah, tubuhnya dihinggapi singgat dan
nanah yang menjijikkan.
Meskipun iblis tidak
berhasil dalam misinya, sebagai penggoda tidak kehabisan akal, gagal menggoda
Ayyub digodalah Rahmah, istri yang masih setia menemaninya dalam suka mapun
duka.
“Sampai kapan engkau akan
melayani suamimu?” bisik iblis kepada Rahmah.
Mendengar bisikan itu
jiwanya memanas dan ketabahan yang selama ini mewarnai segala kehidupanya,
semakin memudar bahkan semakin hari ia merasa kan kebosanan merawat suaminya
dan menggerutu kepada suaiminya.
“Sampai kapan cobaan ini
berlangsung ?” keluh Rahmah kepada suaminya.
“Berapa lama kita hidup
dalam gelimangan kesenangan?”, Ayyub balik bertanya.
“Kurang lebih delapan
puluhtahun lamanya”, jawab Rahmah dengan tertunduk.
“Ingatkah kamu berapa
tahun aku mengalami penderitaan ini?” Ayyub mengajukan pertanyaan lagi.
“Penderiataan ini baru
berjalan tujuh tahun lamanya, tapi kenapa kanda tidak meminta kepada Allah agar
segera melepaskan beban penderitaan yang kanda alami,“ jawab Rahmah disusul
perminttan kepada suaminya.
“Masya Allah, Aku malu
menuntut Allah menghilangkan cobaan ini, sangat tidak sebanding dengan
anugrah-Nya yang kita terima, aku akan sabar menerimanya,” sahut Ayyub
menasihati istrinya.
“Kanda aku tadi bertemu
dengan seorang tabib, ia memberitahuku bahwa penyakit itu akan sembuh kalau
kanda mau meminum minuman keras khomr,” kata si istri menimpali.
“Tidak ! aku tidak akan
melakukannya, tabib yang kamu temui itu hanyalah jelmaan iblis yang ingin agar
aku berpaling dari Allah,” bentak Ayyub kepada istrinya.
Semenjak kejadian itu
Ayyub tidak mau menerima pelayanan yang diberikan oleh istrinya. Bahkan ia
bersumpah akan menyambuk istrinya seratus kali jika ia sembuh karena telah
menuruti perkataan iblis.
Penyakit yang diderita
Ayyub semakin parah bahkan singgat yang menggeroti sampai ke mulutnya ia
khawatir kalau-kalau lisannya tidak lagi bisa digunakan untuk berdzikir kepada
Allah. Dalam penderitaan inilah kemudian Ayyub berdoa kepada Allah.
“Ya Allah ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah ditimpa segala penyakit dan engkau adalah Tuhan yang
Maha Penyayang diantara semua penyayang,” Doa Ayub kepada dengan khusuknya.
Tuhan mendengar doa yang
dipanjatkan nabi Ayyub dan mengutus malaikat Jibril dengan membawa delima dari
surga untuk mendatangi Ayyub dan mengobatinya.
“Siapakah anda, wahai
orang yang baik budi mau mendatangiku setelah orang yang mencintaiku lari
meninggalkanku?”, tanya Ayyub dengan penuh keheranan kepada orang yang
mendatanginya.
“Aku adalah utusan Allah
yang akan menyembuhkan penyakit yang engkau derita,”, jawab malaikat Jibril
sambil menyerahkan buah delima yang dibawanya.
Buah delima itu dimakan
Ayyub dengan lahapnya setelah sampai keperutnya semua rasa sakit yang ia alami
serasa hilang.
“Wahai Ayyub, berdirilah
kamu dari tempat dudukmu !” pinta Jibril kepada Ayyub.
“Bagaimana aku bisa
berdiri, aku tidak mempunyai daya lagi untuk berdiri,” sahut Ayyub menimpali
permintaan Jibril.
Kemudian Jibril membantu
Ayyub berdiri dan memapah untuk berjalan kurang lebih dua belas langkah.
“Wahai Ayyub,
hentakkanlah kaki kananmu kebumi, niscaya akan keluar darinya air yang dingin
kemudian minumlah air itu ! “ pinta Jibril kepada Ayyub.
Dengan mengucap bismillah,
dihentakkanlah kaki Ayyub ke bumi dan dari bekas hantakan kaki itu memancar air
yang dingin dan meminumnya.
“Sekarang hentakkan kaki
kirimu maka akan memancarkan air yang panas dan pergunakanlah untuk mandi !”,
pinta Jibril kepada Ayyub yang kedua kalinya.
Bekas hentakan kaki kiri
Ayyub memancarkan air yang panas yang ia gunakan untuk membasahi sekujur
tubuhnya.
Setelah Ayyub minum dan
mandi dari air itu seketika kuman-kuman yang menjangkiti tubuh Ayyub rontok dan
kulitnya berubah menjadi bersih dan bersinar, kembali sehat seperti sedia kala.
Kemudian Jibril
memberikan pakaian yang dibawa dari surga dan memberikan mahkota, jadilah ia
seperti seperti matahari yang bersinar benderang. Tidak lupa Ayyub melakukan
sujud syukur, sebagai rasa terima kasihnya kepada Allah.
Demikianlah kehidupan
Nabi Ayyub yang dilewati dengan berbagai macam ujian, dijadikan seorang melarat,
dipisahkan dari anak-anak dan istrinya, ditambah lagi ditimpa penyakit yang
menggerogoti sekujur tubuhnya, tapi tetap tabah dan sabar bahkan dilalauinya
tanpa merasa mengeluh sedikitpun. Kini kebahagian ia peroleh kembali. Istrinya
yang cantik meskipun sudah tua, kemudian dikarunia anak sebanyak ia belum
menerima ujian.
Demikian Nabi Ayyub
menikmati akhir hidupnya sampai ajalnya. Beliau adalah lambang kesabaran dan
ketabahan dalam mengahadapi cobaan didunia ini.
(dari kitab Badai’uzzuhur
karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar