Cari Blog Ini

10 Oktober 2013

TABAH MENGHADAPI SEGALA UJIAN



Ayyub adalah salah seorang nabi yang diutus Allah untuk menyampaiakan risalah Islam kepada bangsa Romawi, ia adalah keturunan Ish bin Ishak bin Ibrahim Alaihis Salam. Ia mempunyai tiga istri salah satunya adalah  Rohmah binti Afrosim bin Yusuf, seorang wanita yang cantik rupawan karena masih ada hubungan darah dengan Nabi Yusuf, nabi yang terkenal akan ketampanannya.
Dalam sejarah kehidupan Nabi Ayyub, kehidupan beliau diwarnai dengan kenikmatan dan kesejateraan yang melimpah, harta yang melimpah, sawah dan kebun yang luas dengan berbagai tanaman yang subur, dikaruniai banyak keturunan dengan tubuh yang yang sehat serta selalu berperilaku sesuai dengan tuntunan agama dan taat beribadah. Kenikmatan yang melimpah tidak membuatnya lupa dan kufur kepada Tuhannya. Malah ia semakin tekun beribadah dan menyebarkan agama Allah. Kehidupan Ayyub selalu diljalaninya dengan nuansa keagamaan, nampaknya kemuliaan yang diterima Ayyub seperti ini membuat Iblis berkeinginan untuk menggodanya agar terperosok kedalam jurang kehancuran, segala cara dan upaya maupun tipu daya dilakukan demi kehancuran Ayyub.
Pada hari itu juga Iblis itu naik ke langit menemui para malaikat yang memuji terhadap kemuliaan nabi Ayyub.
“Aku yakin Ayyub tidak akan meyembah Allah kalau saja ia tidak lagi kaya, aku ingin menjadikannya melarat kalau saja Allah mengijinkanku untuk menggodanya,” kata Iblis yang mendatangi malaikat itu.
“Aku memperkenankanmu untuk menguji kesabaran Ayyub dengan menghancurkan harta kekayaannya,” kata Allah dalam wahyunya.
Kemudian Ablis mengajak bala tentaranya untuk menghancurkan kekayaan yang dimilki Ayyub. Pertama-tama yang dilakukan adalah mereka mengirimkan hama tanaman dan angin buritan untuk merusak tanaman yang tumbuh subur diladang dan hanya dalam waktu semalam tanaman itu sudah rusak semua. Ketika Ayyub pergi ke ladang ia tertegun dan kaget melihat tanaman yang kemarin masih terlihat segar dan subur tapi sekarang sudah rusak  seperti hangus terbakar, kemudian ia melangkah ke petak yang lain barang kali masih ada yang bisa diselamatkan, tapi nasibnya sama seperti petak yang bertama hangus tiada sisa.
Para Iblis bersorak girang melihat kehancuran yang telah mereka buat dan penasaran ingin segera tahu tentang keadaan Ayyub setelah kejadian itu.
“Subhanallah, Allah telah berkenan mengujiku,” kata Ayyub sambil menghela nafas dalam-dalam. Kemudian Ayyub menggelar sajdah di dalam mihrabnya dan melakukan sholat,  mengadukan kejadian ini kepada Allah.
“Segala puji dan puji bagi-Mu ya Allah, yang mengaruniaiku harta berlimpah dan sekarang Engkau berkenan mengambil apa yang telah engaku berikan kepadaku.
Melihat Ayyub begitu teguh dan sabar menghadapi musibah tersebut para iblis tidak bisa menerima dan naik lagi ke langit untuk menemui para malaikat.
“Bagaiamana, berhasilkah kamu menggoda kesabaran dan keteguhan Ayyub”, tanya para malaikat.
“Tidak! ia tetap pada pendiriannya dan sabar, menghadapi musibah yang telah aku buat, bahkan ia semakin rajin beribadah kepada Allah, aku ingin menggodanya lagi dengan melenyapkan seluruh anak-anak Ayyub yang menjadi buah hatinya, “ jawab Iblis dengan nada kesal.
“Jika Allah berkenan aku ingin menggodanya yang kedua kalinya, aku ingin tahu batas kesabaran Ayyub jika buah hatinya lenyap dari muka bumi, “ pinta Iblis kepada Allah.
“Kalau itu keinginanmu aku izinkan untuk menggodanya dengan menimpakan bencana berupa kematian bagi anak-anak Ayyub, “ kata Allah dalam wahyunya.
Kemudian Iblis itu menggerakkan bumi dan terjadilah gempa yang amat dahsyat berakibat hancurnya rumah-rumah Ayyub, ketika itu anak-anak Ayyub sedang berada di dalam rumah semua sehingga tidak ada satupun yang bisa terselamatkan.
Lagi-lagi Iblis tertawa kegirangan dan segera ingin tahu apa reaksi Ayyub terhadap musibah ini. Iblis itu menyamar sebagai pembantu Ayyub.
“Tuan, apakah tuan sudah tahu keadaan putera-puteri baginda,” tanya Iblis yang yang berpura-pura sebagai pembantu itu dengan suara yang parau.
“Belum, memangnya apa yang terjadi terhadap anak-anakku,” sahut Ayyub disertai rasa penasaran.
“Tuan, rumah tuan luluh lantak oleh gempa, sedang putera-puteri yang berada di dalam rumah, ketika hamba menemukan mereka, jasadnya sudah remuk,  berlumuran darah,” ratap pembantu jadia-jadian itu dengan suara parau sehingga membuat hati Ayyub tersayat-sayat mendengar ratapan itu.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, segala puji bagi Allah yang telah menciptakan adanya kehidupan dan kematian, kalau memang Allah sudah berkehendak begitu aku ikhlas menerimanya,” jawab Ayyub dengan tabahnya mendengar kabar tentang kematian anak-anaknya.
Iblis semakin kesal dengan Ayyub yang begitu tegar dan sabar meskipun berturut-turut tertimpa musibah. Iblis ingin tahu kalau yang terkena musibah itu adalah dirinya sendiri apakah akan tetap menyembah Allah.
“Mampukah kamu membuat Ayyub berpaling dari Allah, dengan musibah yang engkau perbuat ?” tanya para malaikat .
“Tidak ! ia tetap   tabah dan ikhlas seperti semula, aku ingin tahu sekali lagi kesabaran Ayyub, apakah ia akan tetap beriman kepada Allah, apabila jasadnya terjangkit penyakit dan menjadi rusak, oleh karena itu perbolehkan aku menggodanya dengan membuat berpenyakit” sahut Iblis sambil meminta izin kepada Allah.
“Lakukan  apa saja yang kamu inginkan terhadap Ayyub !” jawab Allah dalam wahyunya.
Iblis mengirimkan kuman yang menyerang seluruh tubuh Ayyub. Mereka mendatangi Ayyub yang sedang sholat.
Setelah  sholat dan berdoa tiba-tiba Ayyub merasakan seluruh kujur tubuhnya terasa gatal. Dengan spontan ia menggerakkan tangan untuk menggaruk anggota badan yang terasa gatal. Hari hari demi hari penyakit yang dialami Ayyub semakin menjadi, semakin keras ia menggaruk gatal itu semakin terasa, bahkan kuku yang dipakai Ayyub untuk menggaruk pun ikut terjangkit kudis hingga semua kuku-kukunya habis terkelupas dari jari-jarinya. Jadilah ia menggaruk kulitnya dengan lempengan batu. Kulit Ayub nyaris terkelupas dan bernanah, sampai-sampai ada yang kelihatan tulangnya karena saking sering digaruk pakai batu. Istri-istri Ayyub pergi meninggalkannya karena tidak tahan melihat penderitaan yang dialami Ayyub, untunglah masih ada satu istri yang setia mendampinginya yaitu Rahmah, yang melayaninya menyuapi makanan dan mencukupi kebutuhannya.
Iblis belum puas melihat penderitaan Ayyub, ia menyamar sebagai penduduk dan menyuruh warga agar mengucilkannya .
“Wahai saudara-saudaraku kalau Ayyub tidak kita singkirkan dari desa ini, aku khawatir penyakitnya akan menular dan menjangkiti tubuh-kita, maka sebaiknya segera singkirkan ia dari desa ini!” usul penduduk jadi-jadian itu kepada warga desa.
Maka secara berbondong-bondong penduduk desa mendatangi rumah Ayyub sambil berteriak-teriak mengusirnya.
Wahai Rahmah, jauhkanlah suamimu dari kami, kalau tidak maka kami akan membunuhnya! “ teriak warga penduduk kepada Rahmah.
Tinggallah Ayyub bersama istrinya tercinta didalam gubuk yang reot jauh dari keramaian penduduk tidur pun tidak beralaskan tikar tapi diatas tanah, tubuhnya dihinggapi singgat dan nanah yang menjijikkan.
Meskipun iblis tidak berhasil dalam misinya, sebagai penggoda tidak kehabisan akal, gagal menggoda Ayyub digodalah Rahmah, istri yang masih setia menemaninya dalam suka mapun duka.
“Sampai kapan engkau akan melayani suamimu?” bisik iblis kepada Rahmah.
Mendengar bisikan itu jiwanya memanas dan ketabahan yang selama ini mewarnai segala kehidupanya, semakin memudar bahkan semakin hari ia merasa kan kebosanan merawat suaminya dan menggerutu kepada suaiminya.
“Sampai kapan cobaan ini berlangsung ?” keluh Rahmah kepada suaminya.
“Berapa lama kita hidup dalam gelimangan kesenangan?”, Ayyub balik bertanya.
“Kurang lebih delapan puluhtahun lamanya”, jawab Rahmah dengan tertunduk.
“Ingatkah kamu berapa tahun aku mengalami penderitaan ini?” Ayyub mengajukan pertanyaan lagi.
“Penderiataan ini baru berjalan tujuh tahun lamanya, tapi kenapa kanda tidak meminta kepada Allah agar segera melepaskan beban penderitaan yang kanda alami,“ jawab Rahmah disusul perminttan kepada suaminya.
“Masya Allah, Aku malu menuntut Allah menghilangkan cobaan ini, sangat tidak sebanding dengan anugrah-Nya yang kita terima, aku akan sabar menerimanya,” sahut Ayyub menasihati istrinya.
“Kanda aku tadi bertemu dengan seorang tabib, ia memberitahuku bahwa penyakit itu akan sembuh kalau kanda mau meminum minuman keras khomr,” kata si istri menimpali.
“Tidak ! aku tidak akan melakukannya, tabib yang kamu temui itu hanyalah jelmaan iblis yang ingin agar aku berpaling dari Allah,” bentak Ayyub kepada istrinya.
Semenjak kejadian itu Ayyub tidak mau menerima pelayanan yang diberikan oleh istrinya. Bahkan ia bersumpah akan menyambuk istrinya seratus kali jika ia sembuh karena telah menuruti perkataan iblis.
Penyakit yang diderita Ayyub semakin parah bahkan singgat yang menggeroti sampai ke mulutnya ia khawatir kalau-kalau lisannya tidak lagi bisa digunakan untuk berdzikir kepada Allah. Dalam penderitaan inilah kemudian Ayyub berdoa kepada Allah.
“Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa segala penyakit dan engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara semua penyayang,” Doa Ayub kepada dengan khusuknya.
Tuhan mendengar doa yang dipanjatkan nabi Ayyub dan mengutus malaikat Jibril dengan membawa delima dari surga untuk mendatangi Ayyub dan mengobatinya.
“Siapakah anda, wahai orang yang baik budi mau mendatangiku setelah orang yang mencintaiku lari meninggalkanku?”, tanya Ayyub dengan penuh keheranan kepada orang yang mendatanginya.
“Aku adalah utusan Allah yang akan menyembuhkan penyakit yang engkau derita,”, jawab malaikat Jibril sambil menyerahkan buah delima yang dibawanya.
Buah delima itu dimakan Ayyub dengan lahapnya setelah sampai keperutnya semua rasa sakit yang ia alami serasa hilang.
“Wahai Ayyub, berdirilah kamu dari tempat dudukmu !” pinta Jibril kepada Ayyub.
“Bagaimana aku bisa berdiri, aku tidak mempunyai daya lagi untuk berdiri,” sahut Ayyub menimpali permintaan Jibril.
Kemudian Jibril membantu Ayyub berdiri dan memapah untuk berjalan kurang lebih dua belas langkah.
“Wahai Ayyub, hentakkanlah kaki kananmu kebumi, niscaya akan keluar darinya air yang dingin kemudian minumlah air itu ! “ pinta Jibril kepada Ayyub.
 Dengan mengucap bismillah, dihentakkanlah kaki Ayyub ke bumi dan dari bekas hantakan kaki itu memancar air yang dingin dan meminumnya.
“Sekarang hentakkan kaki kirimu maka akan memancarkan air yang panas dan pergunakanlah untuk mandi !”, pinta Jibril kepada Ayyub yang kedua kalinya.
Bekas hentakan kaki kiri Ayyub memancarkan air yang panas yang ia gunakan untuk membasahi sekujur tubuhnya.
Setelah Ayyub minum dan mandi dari air itu seketika kuman-kuman yang menjangkiti tubuh Ayyub rontok dan kulitnya berubah menjadi bersih dan bersinar, kembali sehat seperti sedia kala.
Kemudian Jibril memberikan pakaian yang dibawa dari surga dan memberikan mahkota, jadilah ia seperti seperti matahari yang bersinar benderang. Tidak lupa Ayyub melakukan sujud syukur, sebagai rasa terima kasihnya kepada Allah.
Demikianlah kehidupan Nabi Ayyub yang dilewati dengan berbagai macam ujian, dijadikan seorang melarat, dipisahkan dari anak-anak dan istrinya, ditambah lagi ditimpa penyakit yang menggerogoti sekujur tubuhnya, tapi tetap tabah dan sabar bahkan dilalauinya tanpa merasa mengeluh sedikitpun. Kini kebahagian ia peroleh kembali. Istrinya yang cantik meskipun sudah tua, kemudian dikarunia anak sebanyak ia belum menerima ujian.
Demikian Nabi Ayyub menikmati akhir hidupnya sampai ajalnya. Beliau adalah lambang kesabaran dan ketabahan dalam mengahadapi cobaan didunia ini.
(dari kitab Badai’uzzuhur karya








Tidak ada komentar:

Posting Komentar